Sabtu, 02 Mei 2015

MASUKNYA ISLAM DI LAMAHALA



                                                                                                                                                 Mesjid Jami Al Ma'ruf Lamahala



MASUKNYA AGAMA ISLAM DI LAMAHALA
Oleh : H. Syamsudin Abdullah

Untuk dapat maemberikan gambaran tentang sejarah masuknya agama Islam di Lamahala -+ abad 14. Baik sebagai akibat dari adanya mubalig Islam yang menyebar agama Islam bagi bangsa Indonesia umumnya dan Lamahala Flores Timur khususnya.
Sejak abad ke-14 agama Islam masuk di Lamahala dibawah ole pedagang Islam dari semenjanjung Malaka, Pulau Andalas (Pulau Sumatera) dan Pulau Jawa dan Cina, penyebaran ini disebut EXPEDISI SINA JAWA. Kemudian berbicara mengenai masuknya agama Islam di Lamahala Flores Timur, berarti terlebih dahulu mengenal nama-nama Mubalig yang membawa agama Islam itu dan dari mana tempat asalnya, dan ciri-ciri khas apa yang menjadi pendukungnya sehingga dapat diyakini atas kebenarannya. Sebagaimana sabda Rasulullah S.A.W, “ Balligu Anni Walau Aayat” (sampaikanlah kepadaku walaupun satu ayat).
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didalam tulisan masuknya agama Islam di Lamahala ini masih terbatas pada kondisi global yang dapat penulis tangkap baik melalui cerita-cerita rakyat, studi kepustakaan, hasil wawancara dan tatap muka dengan tokoh-tokoh yang penulis anggap memiliki informasi sejarah Islam maupun sejarah penalaran dan  pengetahuan yang penulis miliki dalam membahas dan mengkaji kisah-kisah dalam tulisan ini.
Dibawah ini penulis mencantumkan nama-nama pedagang dan mubalig dari tempat asalnya antara lain :

 1. RAJA PATI PELANG  ( FATAHUDDIN) berasal dari negeri Batak, Puak Lali Muara yang artinya tempatnya Lali Muara. Expedisi Raja Pati Pelang dengan membawa perahu Paledang bernama BAGA bahasa Batak artinya Cantik Molek. Berlayar meninggalkan danau Toba mengarungi lautan menuju Indonesia Timur   tiba di Flores Timur menanti angin dan arus kemudian menerima 2 (dua) orang dari Flores Timur yang bernama Igo dan Wotan Ulumando menaiki perahu itu dan akhirnya expedisi Raja Pati Pelang tiba di Lamahala dengan selamat dan menempati tempat yang dipandang cocok diberi nama istana Al-Wahar.
Tempat kedudukan Raja Pati Pelang rumah adatnya di rehab kembali dan sekarang masih dijaga oleh anak cucunya atau ahli warisnya. Raja Pati Pelang nama panggilannya adalah FATAHUDDIN bahasa arab artinya Pembukaan Agama. Jadi dengan data ini dapat diambil kesimpulan dalam pemahaman bahwa mula-mula masuknya agama Islam di Lamahala di bawa oleh Raja Pati Pelang (Fatahuddin) berasal dari Andalas (Sumatera) puaknya suku Batak.

2. RAJA SIRA DEMONG (SIRAJUDDIN), berasal dari pulau Samosir marganya Siregar Jalan Asam Kandis, expedisi Raja Sira Demong dengan membawa perahu Lete-lete (Sope) bernama Tena Wulung Kumhang arti dari bahasa Indonesianya yakni perahu yang cat dilehernya berwarna Kuning melambangkan kemuliaan dan ketinggian derajat dan martabat seseorang dari tempat asalnya serta melambangkan kesucian jiwa dalam menyebarkan Dinul Islam ditempat mana yang cocok dengan ide dan cita-citanya, kemudian berlayarlah Raja Sira Demong meninggalkan pula Samosir mengarungi lautan luas menuju Indonesia Timur dan tibalah didaratan pesisir pantai Omesuri pelabuhan kampung Ramu berdekatan dengan desa Dulolong dan terdapat sebuah perigi/sumur yang bernama Waibelaon.
Raja Sira Demong tinggal beberapa tahun di Waibelaon namun rupanya ditempat tersebut tidak cocok dengan ide dan cita-citanya maka expedisi Raja Sira Demong berpindah tempat dengan berlayar menuju tanah Adonara. Alhamdulillah expedsi Raja Sira Demong tiba di Lamahala dan menetap di sana pada lokasi yang ia tinggal itu diberi Suku Tobi, dan nama tersebut tidak terlepas dari tempat asalnya pulau Samosir Jalan Asam Kandis.
Sira Demong nama panggilannya Sirajuddin bahasa Arab artinya pelita agama lebih tepat lagi disebut penerangan agama, karena fungsi beliau adalah mubalig Islam, aktif mengajarkan Al-Qur’an kepada umat Islam dalam suku itu sehingga nama Sira Demong mendapat julukan dengan panggilan JOU DEMONG (gurun ngaji), sekitar abad 14-15. Tidak lama kemudian datanglah expedisi dari Kawela yaitu rombongan Holokopong Namang Suku Lamuda, setibanya di Lamahala menggabungkan diri menjadi satu keluarga Suku Tobi Lamuda di bawah pimpinan Sira Demong (Jou Demong), dan menurunkan keturunannya sampai sekarang. Bahasa klasik Lamaholot mewujudkan suatu keluarga besar berbunyi Tobi Wun Bella Muda Kajak Aja, artinya buah asam pohonnya besar, limau buahnya banyak. Ini adalah kata klasik menunjukan suku Tobi Lamuda adalah gabungan dari beberapa suku pendatang dileburkan menjadi satu suku besar dan masyarakatnya yang banyak, mendiami suku Tobi Lamuda dan Jou Demong adalah Guru Besar dan banyak muridnya. Tugas adat dalam suku menjabat Kapitan Namang Tukang untuk mnenghadiri siding bersifat adat.

3. MUBALIG JAFAR ATAJAWA, menghayati akan nama Jafar Ata Jawa hal ini telah menunjukan suatu pengertian yang konkrit bahwa beliau berasal dari Jawa kerajaan Islam Demak, keturunan salah satu dari Walisongo yaitu silsilah keturunan dari Jafar Sadik. Mubalig ini bersama dengan expedisi Ratu Silimeda di Lembata=Awololon, dengan tujuan mendirikan kerajaan islam di Awololon (belolu), rupanya malang tak dapat ditolak pada lokasi awalolon mendapat bencana tanah tenggelam ke dalam laut maka tempat bencana itu diberi nama Lewoleba dengan pengertian Lewo artinya kampung dan Leba artinya tenggelam. Jadi nama Lewoleba sampai sekarang yaitu tempat bekas tanah tenggelam dalam dasar laut.
Akibat peristiwa bencana tanah tenggelam maka kerajaan Islam Lembata runtuh tenggelam tidak ada bekasnya. Dalam kepanikan peristiwa bencana itu Jafar Ata Jawa berkesempatan berusaha meloloskan dirinya dengan menaiki perahu bernama Urin Buran artinya pada buritan bercat warna putih berlayar menuju selat solor, akhirnya tiba dengan selamat dipesisir pantai Lamahala dan menetap di Lamahala pada lokasi Suku Wutun dengan nama Suku Lamakedanga. Dalam penyebaran islam Jafar Ata Jawa berfungsi sebagai staf syara’ membidangi tugas sebagai Muazzin di mesjid yang pertama kali memanggil orang datang melaksanakan sholat lima (5) waktu ( subuh, dohor, ashar, magrib dan isya ). Disamping itu juga ia berfungsi menguruskan jenasah dari mayit,bungkussholat dan kubur. Dan tugas yang diemban oleh Jafar Ata Jawa ini diwarisi oleh anak keturunannya sampai sekarang. Jafar Ata Jawa menurunkan keturunanya yaitu tiga(3) orang putra dan seorang putrid yang masing-masing bernama ANA KODA SEBANDAR AMANG, BAPAK BANAK KAMANG, KHATIB ABON NAMANG dan KEWAEKINDA.

PENYEBARAN ISLAM OLEH PEDAGANG DAN MUBALIG DARI NEGERI CINA

Expedisi dari negeri Cina adalah LEMPE dan LANGKO serta SEBANDA PITOKAE. Mereka mengarungi laut cina dengan perahu Budi Baik, nama perahu itu adalah salah satu sifat khas orang cina   bermata sipit, itu diambil dari kepustakaan S. Gordon Readding, mengatakan diantaranya memperhatikan Utang Budi.
Sejak abad ke 7 di jaman Sriwijaya bahkan mungkin juga sesudahnya telah terjalin hubungan antara Cina dan Nusantara, orang Cina dikenal sebagai pedagang. Dari pantai Cina mereka berlayar dengan angin Muson Timur laut, pedagang Cina datang ke Indonesia untuk membeli Tripang, sarang burung, kulit kerang, cendana dan dari Cina mereka membawa porselin, sutra dan the. Mereka berlayar mengikuti angin muson tiba diperairan selat Solor menuju pesisir pantai Lamahala, salah satu pesisir dari Solor Watan Lema. Kehadiran expedisi Cina ini disambut oleh keluarga Mau Duli langsung turun ke darat dan menempati suatu lokasi diberi nama Suku Sina artinya kehadiran mereka berasal dari negeri Cina. Dalam sejarah perkembangan Islam dahulu kaitan Cina dengan Islam sangat dekat. Contoh Raja pertama kerajaan islam Demak Raden Patah sebenarnya orang cina bernama Seno Pati Jin Bun. Beberapa catatan sejarah menerangkan bahwa ada wali songo itu orang Cina. Dengan demikian antara cina dengan orang islam dan golongan pribumi dahulu pernah berada dalam satu kesatuan yang cukup akrab. (Siswono Judohusono hal. 62). Hal ini membawa dampak positif bagi perkembangan penyebaran Islam di Indonesia umumnya dan Lamahala Flores Timur pada khususnya.
Dengan menunjukan perbedaan cirri khas orang Cina dan Jawa berpedoman pada sebuah syair klasik Lamaholot yaitu SINA IPA BURA JAWA MAHABANGO artinya orang cina pada umumnya giginya putih bersih, orang jawa klentongnya berlidah telor. Pada expedisi dari cina ini sudah banyak melanjutkan keturunan dari dahulu sampai sekarang dari generasi ke generasi selanjutnya. Berpijak pada sejarah penulis sajikan ini maka perjalanan asalnya sampai tinggal menetap di Lamahala disebut penyebar Islam dari SINA JAWA.

PENYEBARAN ISLAM DARI SULAWESI yakni IMAM ATA KOJA

Imam Ata Koja adalah seorang mubalig islam dari Bugis Makasar tiba di Lamahala berdomisili, berdkwah dan mengajarkan agama islam berupa ibadah dan muamalah pada umat islam sedesa Lamahala. Untuk sementara Imam Koja numpang dengan Jou Sirademo, sama-sama member dakwah Islam. Dan ditugasskan sebagai Imam untuk melaksanakan sholat jamaah pada setiap waktu dan sholat jamaah pada hari jumat.
Untuk membenarkan dan meyakinkan bahwa Imam Ata Koja itu orang bugis Makasar karena beliau menggunakan bahasa bernama JENE dengan maksud mengambil air wudhu untuk sholat. Padahal Jene artinya air dalam bahasa Bugis Makasar atau Jene Bambang. Dan nama lain lagi yaitu KARAENG yang artinya Orang Bangsawan, dll. Kata-kata ini menerangkan dan menunjukan bahwa penyebar agama tersebut adalah benar orang Bugis Makasar sekitar abad ke-14. Penyebar Islam yang lain dari Sulawesi seperti :
-          KESULTANAN  BUTON, bapaknya Ratu Loly sekitar abad ke-15
-          SENGAJI BONTO yang menjadi Raja pertama di Lamahala pada kurun waktu di zaman Portugis sekitar 1520 – 1613
-          SWAUDDIN yang menjadi Raja kedua di Lamahala pada kurun waktu di zaman Belanda tahun 1613 – 1888, bertepatan dengan penyerangan Kapal GONTA oleh Kapten/Kapitan BELAE, dimasa pemerintahan Resident GREEVE, ada juga Kapal PRINSHENRIC dan Kapal NEDERLAND, yang oleh penulis menyebutnya dengan Expedisi penyebaran Islam dari BUGIS MAKASAR.

PENYEBARAN ISLAM DARI MALUKU Oleh H.SYAID SERAN

Beliau adalah Mubalig Islam yang tiba di Lamahala pada abad ke-16, expedisi H. Syaid Seran ini membawa perahu bernama SAPINAHTU SYARKIYAH yang artinya Perahu dari Timur. Berlayar meninggalkan kota Seran mengarungi lautan Maluku menuju pulau Wetar menembus selat Munaseli menuju pulau Lembata dan berlayar bersama arus Wato Woko lewat selat Boleng akhirnya berlabuh di Wato Buku tanjung Lamakera, beristirahat menjelang Subuh untuk menuaikan sholat Shubuh.
Tidak lama kemudian datang sebuah perahu dari Lamahala yang dipimpin oleh seorang Nahkoda bernama KABIDALOTAMA, asal Lamahala yang disuruh oleh Imam Ata Koja untuk menjemput expedisi H. Syaid Seran dan diterima oleh Imam Ata Koja dan Jou Sirademo. Dalam suasana syahdu mereka (  pihak H. Syaid Seran dan Imam Ata Koja ) berdiskusi dan berdialog tentang Ibadah dan Muamalah serta hokum-hukum Islam dan semuanya sama-sama memiliki ilmu Syariat tersebut. Hanya kelebihan dari H. Syaid Seran adalah telah menunaikan Ibadah Haji dan diperkirakan beliau berasal dari Arab karena dimasa itu belum ada orang Indonesia yang pergi Haji.
H. Syaid Seran menyambung penyebaran Islam di Lamahala dan menetap pada suku Seran. Beliau sekaligus bertugas memimpin Jamaah sebagai Imam Besar di Mesjid Jami Al-Ma’ruf Lamahala menggantikan Imam Ata Koja, karena Imam Ata Koja berhijrah keluar ketempat lain dengan maksud dan tujuan untuk menyebarkan agama islam pada tempat-tempat yang belum menerima dak’wah Islam.

PENYEBARAN ISLAM DARI BANDA NAIRA oleh PATI RAJA

Beliau adalah Mubalig Islam yang tiba di Lamahala pada abad ke-16, dan menetap di Lamahala mengambil tempat yang diberi nama SUKU WADAN. Pati Raja kemudian diberi jabatan sebagai pembantu Imam apabila Imam H. Syaid berhalangan atau bepergian keluar ke tempat lain. Dan tugas ini menjadi tanggung jawab staf Syara yang berlaku sampai sekarang.
Berpedoman pada penjelasan yang penulis sajikan ini maka Expedisi ini disebut penyebar agama Islam dari AMBON LODO. Sebagaimana syair Lamaholot mengatakan SERAN RERA GERE, WANDA NUAN TAWA, artinya : Pulau Seran dan pulau Banda terletak pada arah Matahari terbit dibagian Timur.
Menyusul penyebaran dari pulau Jawa yakni   mubalig Islam bernama HASAN MARTAWI dari Batavia dan seorang Guru (Ulama) yakni MUHAMMAD AHMAD MUSTAFA ATA SYAID dari bangsa Arab. Keduanya tiba di Lamahala sekitar abad ke-17, dan menetap di suku ATAPUKAN. Keseharian mereka melakukan kegiatan pengajian agama Islam secara Ta’lim.
Hasan Martawi dan Muhammad Ahmad Mustafa Ata Syaid tidak menurunkan keturunan. Hanya menempatkan tempat sebagai tanda makamnya yakni untuk Hasan Martawi, tempatnya di NOBO PUSAT NAMANG TUKANG, dan Muhammad Ahmad Mustafa Ata Syaid, tempatnya di atas ILE TOBITURU yang paling ujung arah dari arah selatan, tanda kuburnya dengan batu KULLA dan batu BIRI. Makam tersebut sampai sekarang masih secara nyata.
Demikian beberapa Expedisi penyebar agama Islam yang masuk di Lamahala sebagai awal perkembangan agama Islam. Dan perlu dihayati oleh masyarakat Lamahala sejak awal dan tumbuh sampai sekarang tidak ada campuran agama non Islam yang tinggal di Lamahala. Yang ada mungkin hanya bertugas sebagai Guru dan setelah selesai tugas sebagai guru maka kembali ke Waiwerang atau ke tempat lain.
Bersambung………..

3 komentar:

  1. Mohon info tentang marga tobing yg ada di atapukan...terima kasih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alia, di Atapukan ada juga generasi Tobing, yang sampai sekarang ini ada di Atapukan. yang dibutuhkan info menyangkut apanya biar bisa di jabarlkan lbh lanjut.

      Hapus
  2. Assalaualaikum wr wb... Salam Hormat saya sampaikan kepada Penulis. Pertama saya ingin mengucapkan rasa Terimaksih dan Bangga atas pikiran dan analisis sejarah yang Bapak lakukan. Dalam hal ini menganalisa Sejarah Lewo Lamahala. Berbicara sejarah, sama halnya dengan berbicara identitas suatu kelompok Masyarakat, sehingga sejarah yang keliru juga akan menampakan identitas yang keliru. Sekiranya, dengan keterbatasan Pengetahuan dan Pengalaman yang saya miliki. Pertama yang ingin saya tanyakan dari tulisan bapak ini, yakni Frasa "masuknya" Islam Di Lamahala. Dengan keterangan waktu yang Bapak tulis, yakni pada abad ke- 14 M. Jika benar itu, pertanyaan saya, Bagaimana terbentuknya Masyarakat Lamahala, dan sebelum Abad ke - 14 agama atau kepercayaan apa yang dipegang oleh Masyarakat Lamahala ? Jawaban bapak sangat saya tunggu, bisa dikirim melalui email saya ini. Terimakasih atas infonya. Hormatku.

    BalasHapus